Jumat, 04 Maret 2016

Hujan

Berjalan menembus hujan.

Rasa dingin mulai menusuk tulangku, namun aku enggan untuk bertepi, malah aku memperlambat langkahku.

Aku bukan pecinta hujan.

Aku hanya menikmati tetesannya yang selalu mengingatkanku akan kepedihan.

Tetesannya yang ku harapkan mampu membawa segalanya.


Aku, tidak pernah menangis dalam diam ketika hujan.

Tidak.


Kau, tahu..

Ketika rintik-rintik kecil atau gerimis mulai berjatuhan.

Aku…. selalu terdiam.


Kau, tahu..

Ketika hujan datang, aku ingin sekali berada sendiri dan berdiri di tengah jalan.

Aku tidak tahu mengapa.

Kau, tahu..

Ketika hujan membasahi bumi di sore hari..

Aku melirik ke luar jendela untuk menghitung seberapa banyak kali ini tetesan hujan yang melubangi tanah.

Kau, tahu…

Ketika hujan turun..

Aku ingin sekali menengadahkan wajahku kearah langit dan membiarkan air hujan menyiram wajah letihku.

Kau, tahu..

Ketika hujan mendominasi di muka bumi.

Aku menyadari…

Aku sendirian.


Kamis, 25 Februari 2016

Deep

       Tidak akan ada yang bisa menahan perih di hati bila mengingat kelamnya masa lalu. Tertawa miris menginginkan itu tak pernah terjadi. Menangis pedih menyesali waktu yang lama terlewati. Menutup mata menginginkan semua ingatan hilang tak ingin menyisakan bekas.

Dia… sakit.


***

      Tidak ada yang menyadari bahwa dia memiliki luka terdalam. Tidak ada yang tahu bagaimana caranya tetap kuat berdamai meredam luka yang tak pernah mengering meski hari, bulan dan tahun sudah entah kesekian berapa kalinya berganti.

Dan…

Tidak ada yang menyadari, cahaya dari netra cokelatnya mulai meredup.

***

Aku pasti bisa bahagia, aku pas..ti bisa kan? tanyanya meragu.

Seseorang yang tetap tegar disaat kesakitan silih berganti menghampiri harinya. Selalu tertawa meski sering kali dia sadar bahwa jenis tawanya sekarang tak lagi sama.

Semuanya… sakit.

Beban berat berada di pikirannya, terus dan terus menggerogoti hingga tanpa ia sadari pikiran kosong sering menakutinya.

Aku, tidak akan berakhir gila, tuturnya pedih.


***

Hai masa depan, tolong janjikan padaku satu kebahagian.
Hanya satu kebahagiaan, do’a yang selalu sama dipanjatkannya.

Sering, air mata itu terjatuh tanpa ia sadari.

Tanpa isakan.

Menangis dalam diam…. seorang diri.


Jika ini adalah awal, aku tak mau berakhir dengan seperti ini.

Setidaknya..


……Biarkan aku tertawa lepas dan tersenyum  sebelum menutup mata.




Selasa, 12 Januari 2016

Zona Nyaman

Nyatanya, keluar dari zona nyaman tidaklah semudah ucapan yang dilontarkan. Jika sudah lama berada diposisi itu, tentunya pikiran buruk tentang ketidaknyamanan diluar zona nyaman akan menjadi momok dalam pikiran. 

Mungkin, bukan cuma aku merasakan hal itu, kalian juga pasti pernah merasakan hal yang sama bukan?

Hari ini, aku menyadari sesuatu..

Aku sudah jatuh terlalu dalam zona nyaman. Penyesalan itu kemudian datang. Tidak sampai disitu saja, pikiran ini juga menjadi tidak stabil memikirkan hal yang harus diambil untuk menyudahi semua ini. Tidak mungkin aku terus-terusan bersembunyi dari kenyataan. 

Pada akhirnya, aku harus mengambil tindakan..

Memilih keluar dari zona nyaman atau menjadi seorang pecundang?

Selasa, 10 November 2015

Aku, Agamaku dan Allah SWT.

Pernah dengar kata-kata ini ngga?

"Jika tak ada Bahu untuk bersandar, masih ada Tanah untuk bersujud. " 

Udah pernah denger dong ya?! 

Aku ingin sedikit bercerita aja sih.., 

Dulu..

Ketika masa labil masih menguasai diriku, aku mulai sedikit melupakan-Nya, aku bahkan lupa kapan terakhir kali aku berwudhu'. Saat itu, yang ada dipikiranku hanyalah bersenang-senang sama teman, ngobrol dan jalan sana-sini. 

Aku mencintai Agamaku, Agama Islam. 

Yah, aku memang tidak memiliki pengetahuan mendalam dengan agama yang kuanut. Tapi, aku bahagia sekali terlahir dalam Agama ini. Aku bersekolah dasar di sekolah agama, disana aku yang berumur 6 tahun ini mulai belajar tentang Rukun Islam, Rukun Iman dan banyak lagi. Tak lupa Guru Agamaku sering memberikan tugas hafalan berupa Surah-surah pendek dan Alhamdulillah.., hafalan itu berguna hingga sekarang. 

Tahun 2014, aku mulai tak tahu arah tujuanku, aku linglung, lelah dengan segala masalah yang ada. Aku pun mengambil air wudhu dan segera menunaikan salat kewajiban yang harusnya kulaksanakan 5 kali dalam satu hari, namun nyatanya... jarang aku laksanakan.

Aku sadar, Allah merindukanku. Aku mohon ampun pada Allah karena telah melupakan-Nya. Sungguh, aku malu terhadap diriku, aku malu pada Allah. 

Kalian harus tahu...

Ssetelah aku menyelesaikan ibadahku dan mencurahkan segala masalahku pada-Nya, hatiku lega luar biasa. Tidak ada lagi beban yang menumpuk di hatiku. 

Lega... sebenar-benar lega.

Dari sana aku bertekad tak 'kan lagi melupakan ibadahku. Aku sangat berterima kasih pada Allah, kelegaan hati yang kurasakan pertanda memang Allah lah tempat terbaik untukku mengadu.

Rabu, 28 Oktober 2015

Hurt

Kilas balik semua perjalanan memenuhi pikiranku, terlebih dia membahas hal yang sama. 

Aku tau, dia menahan air matanya. 
Aku tau, ucapan itu menyakiti relung terdalamnya. 

Kamu... 
Aku tahu apa yang kamu rasakan, bahkan... aku merasakannya jauh sebelum kamu merasakan hal itu. 

Tapi...
Aku selalu menutupnya rapat-rapat dalam memoriku.
Aku tak mengijinkan orang lain membaca apapun yang ada dipikiranku. 

Biarlah... segalanya ku tanggung. 
Biarlah... semua rasa sakit akibat perbedaan kasih kubiarkan tersimpan dalam hati. 
Cukup aku rasakan sendiri dan membiarkan rasa sakitnya mengalir rasa lewat semua sendi yang ada di tubuhku.

Senin, 12 Oktober 2015

Kakek Tua

Aku berjalan terburu-buru, langkah kakiku beradu dengan mulusnya aspal jalanan. Meski begitu, aku tetap memperhatikan orang-orang di sekitarku.

Aku melihat kakek tua itu lagi.

Berjalan di panasnya terik matahari sambil menenteng sepeda tuanya. Mataku gatal ingin memperhatikan lebih jauh lagi, ada pisang dan buah-buahan lain bergantungan di sepeda itu. Bukan hanya sekali dua kali aku tidak sengaja berpapasan dengan kakek tua itu. Aku ingat sekali, ketika waktu aku menyuruh saudaraku menjemputku di tempat biasa aku menunggu...

Saat itu hujan gerimis...

Aku melihatnya, lagi. Menenteng sepeda dengan buah-buahan bergantung di stang sepeda dan dia memakai kantongan kresek untuk menutupi kepalanya agar terhindar dari tetesan air hujan.

Aku mulai bertanya-tanya.
Apakah kakek itu tidak memiliki keluarga?
Mengapa bahkan sudah hujan begini, dia masih tetap berjalan menjajakan dagangan buahnya?

Sejujurnya, aku ingin mendekatinya, menanyakan hal yang berkecamuk dalam pikiranku.
Namun, aku tidak berani..
Aku takut kakek itu risih karena secara tidak langsung aku menanyakan hal privacy kepadanya. Makanya, ketika aku bertemu secara tidak sengaja, aku hanya memperhatikan dalam diam dan aku memotretnya.
tapi sayang sekali, hasilnya tak pernah sesuai yang kuinginkan.

Minggu pagi kemarin, ketika aku menemani kakakku membeli sesuatu di pasar.
Aku melihat kakek tua itu memegang beberapa sisir buah pisang.
Mungkin itu untuk barang dagangannya, pikirku,

Dan yah, kakek tua itu..

.....seorang diri, tanpa teman.

Jumat, 08 Mei 2015

Kota Sibolga.

Kota Sibolga...
Pernah dengar tidak?
Sepertinya.., jarang ada yang tau yah, apalagi yang asli tinggal di Kota Besar, wkwk.

Kali ini aku mau bahas Kota Sibolga, kali aja ada yang mau berkunjung kesini setelah baca postingan ini. 

Ini aku Repost dari Google.

        Kota Sibolga adalah salah satu kota di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota ini terletak di Pantai Barat Pulau Sumatera, membujur sepanjang pantai dari Utara ke Selatan dan berada pada kawasan teluk yang bernama Teluk Tapian Nauli, sekitar ± 350 km dari kota Medan. Kota ini hanya memiliki Luas ±10,77 km² dan berpenduduk sekitar 84.481 jiwa. Saat ini, Walikota yang menjabat di Kota Sibolga adalah H. M. Syarfi Hutauruk dan Wakilnya Marudut Situmorang, Masa Jabatan mereka ditahun ini akan habis sehingga akan diadakan Pemilihan Walikota. 

Siapa yang bakal terpilih menjadi Walikota berikutnya? aah, kita lihatkan saja. 

Yep, ini Kota Sibolga


Aku tinggal di Sibolga sudah hampir 20 tahun dan Laut berada tidak jauh dari rumahku, hanya beberapa langkah. Aku jarang main keluar rumah sih, tapi sebelum Gudang Sebutir Padi menutupi keindahan laut di siang hari, aku bisa melihat Pulau Sarudik jika ku berdiri di depan rumahku. jangan tanyakan apakah aku pernah berkunjung ke Pulau itu, karena jawabanku adalah tidak, aku belum pernah main ke Pulau itu..

ini nih Pulau Sarudik.

Kurang jelas yah? Tapi itu deh kira-kira gambar Pulaunya. Dibelakang Pulau Sarudik, ada Pulau lagi loh, namanya Pulau Poncan. 

Pulau Poncan ini ada dua, yaitu Poncan Gadang dan Poncan Ketek. Aku juga belum pernah ke Pulau ini, karena takut aja waktu perjalanan kesana, siapa tau 'kan cuaca tiba-tiba memburuk sewaktu perjalanan. Yahh, begitulah aku dan ketakutanku. 

Pulau ini juga cukup terkenal di Sibolga loh, kata orang-orang tempatnya indahhh... 

ini nih Pulau Poncan Gadang.
 

Indah tidak? Menurutku sih indah, menurutmu bagaimana? hehe.. Tadi Poncan Gadang yah, nih Poncan Keteknya.

Pulau lain juga ada dan terletak di daerah Tapanuli-Tengah. Seperti Pulau yang satu ini nih. Yap., Pulau Mursala. Pulau ini juga cukup terkenal dan di filmkan dengan judulnya "Mursala", bahkan My Trip My Adventure di Trans TV juga pernah berkunjung ke Pulau ini, bisa di tonton di Youtube kok, hehe.. 
Nih Pulau Mursala..

Sebenarnya masih ada Pulau-pulau yang lain, tapi.. kali ini itu aja dulu, hehe..
Lain kali aku review Pulau-pulau yang terletak di sekitaran Tapanuli-Tengah.

Oke, jadi... kalau tertarik melihat Pulaunya secara langsung, berkunjung saja.. jangan malu-malu, haha.